Meniti Asa Gadis Cilik di Timur Indonesia

26 Juni 2018

Buat milenial zaman sekarang yang serba membutuhkan koneksi internet, pasti akan kesulitan apabila tinggal di desa yang jauh dari pusat perekonomian serta memiliki sarana dan prasarana yang terbilang minim.

Tinggal di desa dengan kondisi seperti itu tentu saja bukan hal yang mudah bagi warga desa untuk turut berjuang melawan arus perkembangan zaman di tengah segala keterbatasan.

Sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Amarasi Selatan, Nusa Tenggara Timur membuktikan bahwa di tengah segala keterbatasan, segenggam asa dapat tumbuh melalui semangat anak-anak dan masyarakatnya untuk mengejar pendidikan yang lebih baik.

Desa itu adalah Desa Sonraen. Untuk menuju desa ini dibutuhkan waktu sekitar 2 jam dari Kota Kupang, perjalanannya pun tidak mudah dan penuh tantangan.

Kondisi jalan yang bisa dibilang jauh dari mulus dan harus melewati hutan, serta jauh dari perhatian masyarakat dan pemerintah, membuat Desa Sonraen ini mendapat gelar salah satu desa dengan tingkat gizi buruk yang cukup tinggi di NTT. Sangat disayangkan keadaan seperti ini masih ada di negara ya sudah 72 tahun merdeka ini.

“Sebuah perjuangan untuk membangun desa menjadi lebih baik adalah dengan membangun semangat membaca anak-anak. Di Desa Sonraen awalnya anak-anak sama sekali tidak suka membaca dan nilai Matematikanya rendah,” jelas Joseba Thao, Kepala SDN Sonraen, yang akrab disapa Mama Joseba.

Taman Bacaan Masyarakat di SDN Sonraen.

 

Awal yang terbilang sulit mencoba membangun sebuah kebiasaan untuk membuat anak-anak rajin membaca dan semangat belajar.

Proses membangun minat baca anak-anak berawal dari kebiasaan membaca setiap 5 menit sebelum pelajaran dimulai. Mama Joseba membebaskan anak-anak untuk memilih buku yang dibaca. Hal itu berguna untuk membangun inisiatif anak untuk membaca.

Upaya untuk pengembangan program pendidikan di desa ini, mulai Juli 2016 melalui Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR) menggandeng fisikawan jenius Indonesia, Prof Yohanes Surya, untuk meningkatkan kemampuan hitung-berhitung anak-anak di 10 SD binaan di 2 Kecamatan (Kecamatan Amarasi Selatan & Kecamatan Takari), serta mengembangkan Kampung Berseri Astra (KBA) Sonraen untuk memulai kemajuan pendidikan di sana agar menjadi lebih baik.

Dari SDN Sonraen terpilih satu guru dan satu murid yang dikirim untuk mengikuti pelatihan. Yetrin seorang guru yang tadinya bermasalah dengan mata pelajaran berhitung, kini merupakan salah satu guru yang berprestasi di SDN Sonraen. Sedangkan Ela, salah satu murid di SDN Sonraen, terpilih karena nilai Matematikanya terbilang paling rendah.

Anak-anak sedang belajar membuat pembatas buku.

 

Dengan dikirimnya guru dan murid tersebut ke pelatihan di Jakarta melalui YPA-MDR untuk dapat menambah kemampuannya dalam bidang matematika, diharapkan nantinya dapat ikut mengajarkan murid-murid lainnya. Dari pelatihan tersebut, baik Yetrin maupun Ela dengan senang hati berbagi apa yang didapat dari pelatihan di Jakarta saat kembali ke Sonraen.

Kalau Yetrin berbagi metode pembelajaran yang efektif kepada guru lainnya, Ela yang bernama lengkap Amelia Lituwina Nahak ini juga berbagi pengetahuan ke teman-teman sebayanya dan juga menjadi tutor bagi murid-murid yang lebih muda. Dari situlah, ilmu pengetahuan yang mereka dapat tersebar luas ke seluruh SDN Sonraen.

 

Tuai Apresiasi, Tebar Inspirasi

 

Ibu-ibu sedang membuat kain tenun khas Desa Sonraen.

 

Selain itu di KBA ini juga dilakukan pembinaan ibu-ibu atau mama-mama setempat untuk dapat menghasilkan hasil tenun yang semakin baik.

Di sampinga aspek pendidikan dan kewirausahaan yang menjadi perhatian, aspek lingkungan pun tidak ketinggalan. Di desa ini kini terdapat sumur yang mampu membantu kebutuhan air sehari-hari, seperti untuk mengairi sawah dan berternak sapi.

 

Warga memanfaatkan air dari sumur untuk kebutuhan sehari-hari.

 

 

Kisah Ela, Si Inspirator Cilik

 

 

Siswi yang memiliki nama lengkap Amelia Lituwina Nahak, atau biasa disapa Ela adalah siswi kelas 5 SDN Sonraen Amarasi Selatan, Nusa Tenggara Timur. Ela yang bercita-cita sebagai guru ini memperoleh sebuah prestasi yang membanggakan dengan menjadi juara satu di Olimpiade Sains Nasional tingkat Kabupaten.

Namun, sebelum menjuarai Olimpiade, Ela dikenal sebagai siswi yang tidak menyukai Matematika. Bahkan nilai akademiknya pun bisa dibilang rendah, kesulitan memahami pelajaran menjadi alasannya.

Melalui peran YPA-MDR, Ela bersama gurunya diberangkatkan ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan metode GASING (Gampang, Asyik dan Menyenangkan) oleh tokoh pendidikan Prof. Yohanes Surya Ph.D.

 

Joseba sedang menceritakan pengalaman selama menjadi Kepala SDN Sonraen

 

Mama Joseba menjelaskan, “YPA-MDR memilih guru dan murid, lalu dibawa ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan Matematika GASING dengan Prof. Yohanes Surya, lalu melonjak nilainya. Awalnya rata-rata nilai Ujian Nasional di tahun 2015 hanya 5,5, menjadi 6,5 di 2017 sudah di atas nilai kelulusan.”

Ela terpilih bukan karena nilai Matematikanya terbaik di sekolah, justru sebaliknya. Dengan mengikuti program yang berlangsung selama 2 bulan tersebut, kemampuan Matematika Ela mengalami peningkatan yang luar biasa.

Program ini dilakukan terhadap 18 murid dari sekolah dasar binaan YPA-MDR dari 6 kabupaten yakni Bogor, Lampung Selatan, Kupang, Bantul, Gunungkidul, dan Pacitan.

 

Ela sedang mengajarkan Matematika kepada teman sebayanya menggunakan metode GASING.

 

Perubahan setelah mengikuti pelatihan pun turut dirasakan oleh Ela. Awalnya Ela yang tidak menyukai Matematika kini bahkan bisa jadi tutor bagi teman-teman lainnya.

Dengan pencapaiannya itu, Ela memiliki cita-cita menjadi guru agar terus bisa mengajar di SDN Sonraen, dan membuat anak-anak lebih menyukai Matematika.

Sebuah perubahan kecil membuat pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Ayo, mulailah berbagi ilmu. Walaupun sedikit, akan tetap bermanfaat

Komentar

2 Komentar pada: “Meniti Asa Gadis Cilik di Timur Indonesia”

  1. Luar biasa 👏👏👏😍
    Ingin juga hal ini di praktek kan melalui PKBM kami di Sumba Timur, NTT.
    saat ini ada bnyak gerakan yang kami lakukan tapi kami juga butuh untuk di latih seperti Ela dan kepala sekolah SDN Sonraen..
    Semoga kami bisa terpilih memulai Satu Indonesia Award 2019 ini

Email Anda tidak akan kami publikasikan ke pihak manapun.
Harus diisi *