Menu
Voting Finalis Favorit
14th SATU Indonesia Awards 2023
Theresia Dwiaudina Sari Putri
Jumlah Vote 140

Pejuang Kesehatan dari Timur Indonesia

Bidang Kesehatan

Theresia Dwiaudina Sari Putri

Nusa Tenggara Timur

Theresia Dwiaudina Sari Putri selalu ingin mengabdi untuk kampung halamannya, yaitu Desa Kekandere, Nangapanda, Nusa Tenggara Timur. Itu sebabnya setelah lulus program Diploma 3 Kebidanan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya pada Tahun 2016, dia langsung melamar sebagai tenaga honorer di sana. Meski hanya digaji seikhlasnya, dia bekerja dengan setulus hati, termasuk secara rutin memeriksa kesehatan ibu hamil di sejumlah desa di Kecamatan Nangapanda. Hingga pada tahun 2017 dia dikontrak sebagai bidan di Desa Uzuzozo. Lantaran lokasinya yang terpencil dan akses masuk yang sulit, tidak banyak tenaga kesehatan yang mau bertugas di Uzuzozo.

Ketika dia pertama kali datang semua ibu hamil di Uzuzozo melahirkan dengan bantuan dukun beranak dan sebagian besar anak-anak mengalami stunting. Namun, Theresia yang juga disapa Dini berhasil mendorong perubahan. Saat ini, semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan ke bidan dan melahirkan di fasilitas kesehatan. Dia juga mengajarkan para orang tua, terutama ibu-ibu, tentang pola asuh yang baik dan nutrisi yang sehat untuk anak. Hasilnya, jumlah bayi stunting di Uzuzozo terus berkurang, dari 15 anak pada 2019 hingga saat ini tinggal tiga anak yang mengalami stunting.

Muhammad Nasir
Jumlah Vote 665

Penyuluh Pecandu NAPZA

Bidang Kesehatan

Muhammad Nasir

Aceh

Muhammad Nasir memulai konseling bagi para pecandu NAPZA pada Februari 2017. Awalnya dia bekerja sendiri memberikan layanan dari pintu ke pintu berupa konsultasi individu, keluarga, dan kelompok. Dia menggagas program ini untuk membantu pecandu lepas dari ketergantungan kepada NAPZA dan mencegah mereka kembali menggunakannya setelah rehabilitasi. Wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Bireun dan Pidie Jaya di Nanggroe Aceh Darussalam.

Enam tahun berjalan, kliennya mencapai lebih dari 200 orang. Sekitar 100 pecandu sudah berhasil dia bawa keluar dari dunia NAPZA. Namun sayang, masih ada yang tidak melanjutkan program konseling hingga akhir dan akhirnya kembali menjadi pecandu. Ke depannya, Nasir ingin mengembangkan program ini hingga menjangkau seluruh Aceh dan mereplikasi cara kerjanya di seluruh Indonesia.

Cyecilia Pical
Jumlah Vote 331

Pendidik Dari Kepulauan Banda

Bidang Pendidikan

Cyecilia Pical

Maluku

Pada Januari 2020, Cyecilia Pical memulai program Rumah Belajar Kalesang di Pulau Rhun, Pulau Banda Besar (Lonthoir), dan Pulau Gunung Api di wilayah Kepulauan Banda, Maluku Tengah. Tujuan utamanya adalah mengajarkan Bahasa Inggris, mengingat pelajaran bahasa asing di sekolah-sekolah formal di wilayah itu belum optimal karena tidak semua sekolah memiliki guru yang kompeten. Kursus bahasa asing dari lembaga maupun perorangan tidak tersedia. Padahal, Kepulauan Banda, terutama Banda Neira, merupakan destinasi populer bagi turis asing.

Pada akhirnya, masyarakat setempat memercayai program Rumah Belajar Kalesang. Para orang tua tidak ragu mengizinkan anak-anaknya untuk beraktivitas di sana. Mulanya Cyecilia hanya menargetkan 50 murid, tetapi seiring waktu justru dia berhasil melampaui target awalnya dan berhasil membina sebanyak 274 murid. Di ketiga pulau mereka menggunakan silabus yang disusun oleh Cyecilia. Selain pelajaran Bahasa Inggris, Cyecilia juga memberikan kursus komputer, terutama di Pulau Rhun, di mana anak-anak sekolah belum bisa menggunakan komputer karena fasilitasnya baru tersedia sejak tahun 2022. Selain itu, setiap bulan, anak-anak terlibat dalam kegiatan pelestarian lingkungan seperti menanam pohon dan membersihkan pesisir pantai.

Diana Cristiana Dacosta Ati
Jumlah Vote 62

Pengabdi Pendidikan di Pelosok Papua Selatan

Bidang Pendidikan

Diana Cristiana Dacosta Ati

Papua

Diana Cristiana Dacosta Ati mendaftar untuk menjadi Guru Penggerak Daaerah Terpencil di Kampung Atti, Kabupaten Mappi, Papua Selatan sejak 2018. Dia mendapat penugasan di SD Negeri Atti, satu-satunya sekolah di Kampung Atti. Ada sekitar 200 kepala keluarga di kampung Atti, tetapi banyak anak tidak bersekolah karena membantu orang tua mencari makan di hutan. Terlebih, aktivitas belajar-mengajar memang sudah terhenti lama sebelum Diana tiba karena guru dari luar jarang datang. Bahkan, siswa kelas 6 belum bisa membaca. SD Negeri Atti memiliki tiga ruang kelas yang serba terbatas. Para siswa duduk di lantai lantaran terbatasnya jumlah bangku dan meja di sana.

Sehari-hari Diana fokus mengajarkan baca-tulis, berhitung, dan nasionalisme. Setelah kehadiran Diana dan dua rekannya, anak-anak Kampung Atti mulai bisa membaca dan menulis. Saat Diana pertama kali mengajar di SD Negeri Atti, jumlah peserta didiknya 65 orang. Per Juli tahun lalu jumlah siswa di SD Negeri Atti bertambah menjadi 85 orang. Bahkan, kini sudah banyak siswa yang telah melanjutkan sekolah. Pada 2022 sebanyak 24 siswa SD Negeri Atti berhasil masuk SMP, mereka sekarang duduk di kelas VIII. Pada tahun ini, sebanyak 14 anak juga berhasil melanjutkan sekolah ke SMP.

Alan Efendhi
Jumlah Vote 476

Pengembang Minuman Sehat dari Aloe Vera

Bidang Kewirausahaan

Alan Efendhi

Daerah Istimewa Yogyakarta

Resah terhadap kian merebaknya kasus gagal ginjal, diabetes, dan obesitas di daerahnya, Alan Efendhi berinisiatif membuat minuman sehat. Putra Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini lalu mendirikan perusahaan bernama Rasane Vera yang memproduksi Aloe Liquid, minuman berbahan baku aloe vera atau lidah buaya dengan pemanis alami dari daun stevia.

Alan melibatkan masyarakat sekitar dalam budidaya aloe vera dan produksi Aloe Liquid. Sejak berdiri pada tahun 2018 hingga kini Rasane Vera telah merangkul lebih dari 125 orang mitra petani binaan, yang tersebar di Kabupaten Gunung Kidul, Klaten, Bantul, dan Sleman. Mitra yang telah mahir dia dorong untuk menjalankan usaha minuman sehat secara mandiri. Saat ini, Rasane Vera bisa memproduksi hingga 350 botol Aloe Liquid per hari.

Bayu Fernando
Jumlah Vote 573

Pemberdaya Wisata Edukasi Jamur

Bidang Kewirausahaan

Bayu Fernando

Riau

Mulanya dia hanya ingin menjadi pengusaha jamur dengan mengubah lahan tidur seluas 4X6 meter di sebelah rumahnya menjadi tempat budidaya bernamakan Rumah Jamur Nando seperti namanya, Bayu Fernando. Namun, ternyata dalam waktu singkat ukuran rumah budidayanya berkembang menjadi 32 x 22 meter.

Hingga pada suatu hari seorang rekannya yang kesulitan mendapatkan tempat wisata alam di Pekanbaru membawa murid-muridnya berkunjung ke Rumah Jamur Nando. Maka tercetuslah ide mengembangkan Wisata Edukasi Jamur. Pengunjung terus bertambah, Nando pun mempekerjakan lebih banyak orang.

Sejak tahun 2017-2022 Wisata Edukasi Rumah Jamur Nando telah dikunjungi 30.802 orang dari 23 Provinsi di Indonesia. Ada juga wisatawan asing di antaranya dari Malaysia, Singapura, China, Pakistan, India, Jerman, Belanda, Amerika, Venezuela, dan Australia. Kunjungan yang meningkat juga menaikkan penjualan jamur segar dan produk olahan jamurnya.

Muslihuddin Aini
Jumlah Vote 192

Penggagas Perangkap Sampah Pantai Lombok Timur

Bidang Teknologi

Muslihuddin Aini

Nusa Tenggara Barat

Sampah merupakan problem serius di Pantai Labuan Haji, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Inisiatif bersih-bersih pantai, termasuk yang dilakukan oleh Muslihuddin Aini bersama lembaga swadaya bentukannya Coastal Environmental Fisheries, tidak dapat menyelesaikan masalah. Sampah baru terus berdatangan lewat sungai yang bermuara di pantai tersebut. Belakangan muncul ide untuk menghadang sampah di tengah jalan dan membersihkannya sebelum sampai ke pantai. Caranya, dengan membangun perangkap sampah yang dia beri nama Trash Trap.

Dengan modal terbatas dia membuat perangkap sampah mengikuti tutorial yang tersedia gratis di YouTube. Hasilnya, sampah yang sampai ke Pantai Labuan Haji jauh berkurang. Untuk mendorong partisipasi warga, Muslihuddin bersama rekan-rekannya menyosialisasikan pentingnya perangkap sampah dan gerakan anti sampah melalui media sosial.

Reza Permadi
Jumlah Vote 154

Perintis Digitalisasi Desa Wisata

Bidang Teknologi

Reza Permadi

DKI Jakarta

Autorin Visitor Management System (AVMS) adalah program dari Autorin, perusahaan rintisan yang didirikan oleh Reza Permadi, seorang lulusan program Master of Sustainable Tourism. Saat mengikuti mata kuliah Smart Tourism ia menulis tentang Visitor Management System dan memutuskan untuk mewujudkannya melalui AVMS setelah lulus. Diluncurkan pada 2019, AVMS membantu pengelola destinasi atau desa wisata untuk menjual paket, atraksi wisata, dan layanannya secara daring.

Saat ini, sekitar 100 desa wisata di Indonesia telah menggunakan AVMS dengan pola kemitraan. Autorin juga membantu mereka membangun database pengunjung dan mencatat keuangan. Untuk memperkenalkan programnya Reza rutin menggelar Autorin Academy di mana dia memberikan pelatihan secara daring maupun luring bagi para pengelola destinasi wisata. Reza berharap pada tahun 2030 sekitar 4.500 desa wisata di Indonesia sudah go digital dengan AVMS. Bekerja sama dengan desa-desa wisata dan ribuan operator tur yang ada, Ia optimistis Autorin dapat mewujudkan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.

Ismail
Jumlah Vote 204

Pelestari Kesenian & Kebudayaan di Tulang Bawang Barat

Kategori Kelompok

Ismail

Lampung

Sekolah Seni Tubaba berdiri pada 2019, bermula dari percakapan Ismail dan rekannya. Mereka memutuskan untuk mengemas kelas-kelas kesenian yang sudah berjalan selama tiga tahun secara lebih sistematis dengan mempertimbangkan konteks serta kebutuhan masyarakat Tubaba. Pendidikan seni gratis ini, dimulai setelah jam sekolah. Durasi belajar disesuaikan dengan waktu luang peserta, dari SD hingga SMA. Siswa dapat memperdalam teater, seni rupa, film, musik, tari, dan sastra. Dua tahun terakhir, lima siswa difabel belajar seni kriya di sana.

Hingga tahun ini, total siswa sekolah seni ini sudah mencapai 3.000 orang yang berasal dari Kecamatan Lambukibang, Kecamatan Way Kenanga, dan Kecamatan Gunung Agung. Sekitar 300 orang mengikuti kelas reguler setiap tahun, sementara kelas persiapan festival melibatkan sekitar 250 orang. Tiap tahun diadakan festival seni yang menjadi acara puncak dari rangkaian pendidikan seni. Saat ini mereka berencana membangun galeri untuk melelang karya seni siswanya.

Rengkuh Banyu Mahandaru
Jumlah Vote 21

Pejuang Lingkungan Bermodal Limbah Pelepah

Kategori Kelompok

Rengkuh Banyu Mahandaru

DKI Jakarta

Pembungkus plastik dan styrofoam menjadi salah satu masalah lingkungan yang berasal dari industri makanan. Berbeda dengan kebanyakan orang yang mencoba mengatasinya melalui daur ulang, Rengkuh Banyu Mahandaru langsung menyasar pokok soalnya yaitu mengganti bahan plastik dan styrofoam dengan material yang ramah lingkungan.

Akhirnya, pada tahun 2018 dia mendirikan Pelepah, sebuah perusahaan rintisan yang memproduksi kontainer makanan dari bahan baku pelepah daun pinang. Dari produksi kecil-kecilan, kini mereka bisa menyuplai pembungkus makanan ramah lingkungan hingga lebih dari 100 ribu kontainer makanan per bulan.

Usaha Bayu juga membantu menaikkan pendapatan petani dan pengumpul pelepah pinang di tempat-tempat mereka bekerja. Ke depan, Bayu bertekad terus meningkatkan kapasitas sambil berusaha mengefisienkan ongkos produksi agar produk Pelepah bisa dijual lebih murah, sehingga lebih banyak orang tergerak untuk menggunakannya.

Seluruh vote yang masuk akan melalui proses verifikasi oleh Tim SATU Indonesia Awards, apabila ditemukan kecurangan maka Tim SATU Indonesia Awards berhak untuk melakukan penyesuaian perolehan vote.