Amat hanya bisa pasrah ketika suatu hari, pada 1997, dia mendapati salah satu jari tangannya tanggal. Jari itu memang telah mati rasa dan kehilangan fungsi akibat penyakit kusta. Jadi, saat jarinya copot, ia tak merasa sakit. Satu per satu jari yang lain ikut tanggal. Tanpa jari tangan, warga Desa Rebalas, Kecamatan Grati, Pasuruan, ini terpaksa bergantung pada orang tuanya karena cuma bisa bekerja serabutan. Kadang ia mencari kayu bakar, kali lain menjadi pemetik sayuran. Tapi itu tinggal cerita di masa lalu. Sejak Agustus lalu, Amat–kini 40 tahun–bisa tersenyum. Ia sudah memiliki usaha sendiri: beternak jengkerik. Per bulan ia bisa panen
26 kilogram jangkrik. “Harga jualnya Rp 20 sampai 30 ribu per kilo,” pungkasnya.
Wanita berhati mulia yang merupakan perawat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Grati itu tak cuma mengembalikan kehidupan Amat, tapi juga dua mantan penderita kusta lainnya yang juga telah menjadi juragan jangkrik. Selain mereka ada dua mantan penderita kusta yang membuka usaha menjahit dan menyulam. “Semuanya ada 20 mantan penderita yang sudah dapat bekerja,” kata Ratna. Menjadi perawat sejak 2004, wanita kelahiran 23 April 1980 ini saat itu bertugas sebagai perawat dan pengelola program kusta di Puskesmas Grati. Ratna mendata ulang penderita kusta di wilayah kerjanya, yang mencakup 9 desa. Ia menghubungi mereka satu demi satu untuk mengetahui status terbaru penyakit mereka.