Cerita Inspiratif dari Sepanjang Jalan Pandean Lamper
29 Oktober 2018
Semarang sebagai salah satu pusat perekonomian di Jawa Tengah memiliki beragam pesona. Berada di era milenial, berhadapan dengan arus kebudayaan dan perkembangan ekonomi yang terus melaju tidak membuat Kota Semarang kehilangan jati dirinya.
Mari melirik sebuah kelurahan di Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Adalah Pandean Lamper, sebuah kelurahan yang terkenal santun, kini menjadi salah satu ikon di Kota Semarang.
Warga Pandean Lamper, menerapkan karakter sopan dan santun ke semua lini kehidupan, bahkan hingga ke jalanan. Oleh karena itu, merupakan sebuah hal yang wajar bila kelurahan ini dikenal dengan Kampung Berseri Astra Pandean Lamper.
Ternyata, di balik ketertiban warga Pandean Lamper di jalan raya, tersimpan berbagai pilar lingkungan-sosial yang dimiliki, sesuai dengan visi Kelurahan Pandean Lamper, yaitu “Mewujudkan Lingkungan yang Aman, Tertib, Asri, dan Sehat”.
Cerita dari Lingkungan Hidup di Pandean Lamper
Sebuah jalan di salah satu RT di Pandean Lamper memiliki sesuatu yang unik untuk diceritakan. Jika berkunjung ke Semarang, sebuah kota dengan iklim yang hangat, pasti akan kagum ketika melihat sebuah jalan yang asri dan dipenuhi dengan jejeran tanaman hidroponik.
Tepatnya di Jalan Kelinci 4, RT.10, RW.03, Kelurahan Pandean Lamper. Dari depan jalan, terpampang spanduk “Kampung Hijau” yang secara tepat mendefinisikan apa yang bisa dilihat di sepanjang Jalan Kelinci.
Hebatnya, pengembangan tanaman hidroponik di sepanjang Jalan Kelinci, dilakukan oleh warga Kampung Hijau secara otodidak. Tiap pagi dan sore, secara rutin mereka menyiram dan merawat setiap tanaman dengan teliti.
Ibu Joko, sapaan akrab sang ketua program Kampung Hijau, bersama warga dari Jalan Kelinci, menanam tanaman hidroponik sejak tahun 2015, hingga kini sudah berkembang menjadi berbagai jenis tanaman hidroponik yang terdiri dari tanaman herbal dan beberapa tanaman sayur.
“Pada awalnya, kami memulai dengan menanam beberapa tanaman herbal, secara otodidak saja, sampai akhirnya Dinas Pertanian Kota Semarang mengunjungi kami dan memberikan bibit-bibit tanaman lain,” ujar Ibu Joko.
Sejak kunjungan dari Dinas Pertanian Kota Semarang, Kampung Hijau kini dipenuhi dengan beragam tanaman hidroponik dan sayur-mayur, seperti jahe, bidara, kunyit, sirih, mahkota dewa, cabe, terong, sawi jepang, kol merah, kol hijau, dan sebagainya.
Uniknya, terdapat dua tanaman yang spesial di sana, yaitu daun bidara dan daun kelor. Dua tanaman ini, menurut Ibu Joko, biasa digunakan warga untuk hal-hal yang berbau mistis, misalnya memandikan jenazah dan melepaskan energi negatif dari tubuh seseorang.
Selain itu, bibit-bibit tanaman yang dikembangkan oleh warga juga dijual untuk umum. Satu bibit tanaman dapat dibawa pulang hanya dengan harga seribu rupiah.
Sehari-harinya juga sering diadakan kunjungan ke Kampung Sayur. Siswa-siswi sekolahan hingga mahasiswa di Kota Semarang juga sering melakukan penelitian dari tanaman yang ada di Kampung Hijau.
Ternyata, tidak hanya hasil tanamannya saja yang bermanfaat bagi warga, prosesnya juga bisa menjadi inspirasi kelurahan lain dalam membuat lingkungan hidup.
Kriuk Gurihnya Tempe Pak Jumadi dari Pandean Lamper
Selanjutnya, dari sektor perekonomian Pandean Lamper, terdapat sebuah pabrik tempe rumahan bernama Tempe Bp. Jumadi.
Berbekal dengan 40 tahun pengalamannya membuat tempe, Jumadi membangun sebuah industri kreatif yang sangat menghasilkan. Bersama dengan beberapa karyawannya, Jumadi memproduksi tempe sebanyak 120 kg per hari.
“Sudah sejak lama saya buat tempe, 40 tahun. Kalau dulu pas sekolah nyambi buat tempe dan masih pakai dele dalam negeri, kalau sekarang sudah pakai dele lokal sini,” jelas Jumadi.
Melalui pengalaman Jumadi dalam produksi tempe, pabrik tempenya berhasil membuat tempe dalam jumlah banyak perhari melalui proses produksi yang mudah dan efisien.
Proses produksi tempe Jumadi melalui 3 tahap, (1) kedelai bersih yang sudah diberi ragi, direbus selama 1 malam, dengan durasi 1 jam tiap kloter, (2) tempe yang sudah direbus dikeringkan selama 1 malam untuk proses fermentasi, dan (3) malam selanjutnya, tempe dicetak dan dibiarkan selama 1 malam. Jadi pada hari keempat tempe sudah jadi dan siap dikonsumsi.
Hasil produksi pabrik rumahan ini, kini sudah didistribusikan ke beberapa pasar di Semarang. Di pabriknya sendiri juga terdapat olahan berupa kripik tempe yang bisa langsung dipesan. Cita rasa khas Semarang ini hanya bisa dirasakan ketika menggigit langsung kriuk-nya tempe Bp. Jumadi.
Satu blok tempe Pak Jumadi ini hanya dijual dengan harga 4.000 rupiah saja. Lalu satu blok tempe tersebut bisa diolah menjadi 24 potong keripik tempe. Biasanya, keripik tempe yang dibuat di sana merupakan keripik tempe pesanan warga Pandean Lamper.
Pendidikan Aman Berlalu Lintas Sejak Usia Dini
Berbicara tentang apa yang dimiliki Pandean Lamper, tidak akan ada habisnya. Setelah mengintip keasrian dan kreativitas warga Pandean Lamper, pesona kali ini berasal dari aspek pendidikan Pandean Lamper.
Sebagai sebuah Kampung Berseri Astra (KBA), Pandean Lamper terbimbing dan unggul dalam soal edukasi keselamatan berlalu lintas. Saat ini, KBA Pandean Lamper juga dikenal dengan ‘Kampung Safety Riding’.
Di Kampung Safety Riding ini, menerapkan edukasi aman berkendara sejak di lingkungan rumah hingga sekolah. Khususnya, TK Fajar Rachma, sejak dini anak-anak balita sudah diajarkan untuk aman berkendara.
Pastinya, bukan tata cara berkendara, melainkan hal-hal dalam keamanan berlalu lintas, seperti menggunakan helm, berjalan di pinggir jalan raya, mengenal rambu-rambu lalu lintas, dan tata cara menyeberang.
Sejak tahun 2013, Pandean Lamper menjadi sebuah Kampung yang didukung oleh Astra untuk memberikan bimbingan dan pendidikan dalam berlalu lintas.
Merupakan sebuah program yang unik, di saat kelurahan lain fokus dibidang perekonomian, justru Pandean Lamper memulai dalam bidang lalu lintas.
Dipelopori oleh Lukman Muhajir sebagai ketua program Kampung Safety Riding, serta didukung oleh Lurah Pandean Lamper Sri Endaryati pada masa jabatannya, Suko Edi dan Oki Desyanto dari tim instruktur safety riding Astra Motor Semarang, kini Pandean Lamper berhasil memberikan edukasi ke 45 RT untuk tertib dan aman dalam berlalu lintas.
“Berawal dari keresahan warga dalam rawannya kecelakaan lalu lintas di sini, kami membuat program untuk mengatasi masalah tersebut sekaligus mendidik moral dan etika melalui aman berlalu lintas,” ujar Lukman Muhajir.
Di sana, hampir sepanjang jalan terdapat rambu-rambu dan plang-plang pengingat tertib berlalu lintas terpasang untuk mengingatkan warga dan mendidik untuk mentaati peraturan.
Selain itu, tersedia Pos Baca untuk umum di depan gedung kelurahan. Di sana, terdapat buku-buku edukasi aman berkendara beserta multimedia berupa tayangan safety riding untuk memudahkan anak-anak memahami tata cara aman beraktivitas di jalan raya.
Tentunya, dukungan Astra dalam setiap Kampung Berseri Astra menjadi dorongan bagi warga untuk terus meningkatkan apa yang telah mereka mulai di Pandean Lamper.
Kini, Pandean Lamper menjadi salah satu kampung yang berhasil menjadi kampung percontohan dan mempertahankan kearifannya di era milenial.
Komentar