Sekitar Juni 2020 Justitia Avila Veda menawarkan bantuan konsultasi kasus kekerasan sexual lewat cuitan di akun twitternya. Banyak yang merespon positif. Bersama rekannya, Veda pun mulai memberikan konsultasi online. Mereka menginisiasi Kolektif Advokat untuk Keadilan Gender atau KAKG. Selain konsultasi online, KAKG mendampingi klien yang membutuhkan dalam persidangan di seluruh wilayah Indonesia.
Di tahun pertama, 2020 sd 2021, Veda dan kawan-kawannya menerima 150 aduan. Sekitar 80% di antaranya merupakan kasus kekerasan yang berkaitan dengan teknologi. Layanan konsultasi mereka bisa diakses melalui media sosial Instagram dan TikTok KAKG.
Musfendi mendirikan Lembaga Peduli Dhuafa pada 2014. Ia memberikan pendampingan, advokasi, menyediakan rumah singgah, hingga memberikan uang makan dan alat bantu kesehatan bagi keluarga yang sakit. Kegiatan Musfendi kini menjangkau 20 kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh. Lebih dari 700 pasien telah dia tolong dan sekitar 450 alat bantu kesehatan seperti kursi roda, tongkat, kaki palsu, dan alat bantu dengar sudah dia bagikan kepada mereka yang membutuhkan.
Pengalaman membantu orang sakit dia peroleh saat bersama Badan Reintegrasi Aceh pada 2008. Ketika itu dia mendampingi korban tembak, lumpuh, hingga yang bagian tubuhnya busuk. Kini, bersama rekan-rekan sevisi dia menyewa sebuah rumah di Banda Aceh untuk rumah singgah bagi keluarga pasien.
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu penghasil kentang terbaik di Indonesia. Ketidakstabilan pasokan bibit membuat banyak petani limbung. Mereka harus membeli bibit dengan harga tinggi dari luar daerah dan belum tentu terjamin bebas dari penyakit. Menangkap keresahan petani tersebut Adhi Nurcholis yang belajar kultur jaringan di Universitas Gajah Mada mendirikan Adhiguna Farm di 2016 dan membuat laboratorium benih kentang.
Adhiguna farm mengembangkan benih kentang berkualitas melalui metode kultur jaringan. Aktivitas ini melibatkan petani sebagai penangkar dan melepaskan mereka dari ketergantungan pada benih dari luar daerah. Dia juga mengajarkan metode kultur jaringan kepada para petani.
Kerusakan wilayah pesisir di Nagari Sungai Pinang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat menyebabkan masyarakat kehilangan banyak potensi alam daerah itu. Tergerak untuk memperbaiki alam daerahnya , David Hidayat memprakarsai ANDESPIN Dee West Sumatra. ANDESPIN merupakan akronim dari Anak Desa Sungai Pinang. Dia mendorong warga setempat untuk menanam kembali terumbu karang, mangrove, serta menangkar penyu dan membudidayakan rumput laut.
Bergiat sejak 2014 cakupan wilayah yang sudah dia konservasi mencapai 70% dari target. Masyarakat setempat mulai mendapatkan manfaat dari program ini, misalnya, dapat kembali mencari kepiting bakau. Sejak 2020 David mengembangkan usaha batik dan kopi mangrove.
Setiap minggu anak-anak di Pulau Mansinam, Papua Barat, belajar sambil bermain bersama sekelompok anak muda yang melabeli kegiatan mereka Papua Future Project. Anak-anak di pulau ini belajar beragam hal mulai dari membaca, menulis, berhitung, teknologi digital hingga dampak perubahan iklim.
Bhrisco Jordy Dudi Padatu membentuk Papua Future Project pada 2020. Dia tergerak oleh ketimpangan pengetahuan anak-anak di kota dan di pelosok Papua Barat. Di Pulau Mansinam banyak anak belum bisa membaca dan menulis. Pulau ini hanya memiliki satu SD. Lantaran mayoritas guru tinggal di Manokwari rata-rata setiap hari sekolah baru mulai jam 9 dan selesai jam 12. Bhrisco ingin lebih banyak lagi anak Papua tersentuh oleh programnya.
Eko Saputra Poceratu bertekad memperkenalkan sastra, utamanya puisi, sebagai media bagi orang Maluku untuk membicarakan persoalannya dan untuk mendorong perubahan sosial. Sejak tahun 2018 dia menginisiasi Gerilya Literasi Digital yang mengajak semua kelompok masyakarat Maluku, tua-muda, untuk berbagi gagasan dan kegelisahannya melalui sastra. Dia misalnya bicara mengenai tradisi “percakapan meja makan"" di mana keluarga bertukar cerita dan wejangan saat makan bersama yang mulai hilang.
Komunitas literasi digitalnya terus meluas bahkan hingga di luar Maluku. Di Youtube dia menjangkau lebih dari 5 juta penonton dengan hampir 59 ribu pengikut dari berbagai kelompok usia. Eko juga membawa misi meningkatkan rasa bangga berbahasa daerah.
Alfira Oktaviani adalah seorang mompreneur, ibu rumah tangga yang berwirausaha. Kecintaan pada fesyen dan seni mendorong dia untuk belajar ecoprint yang masuk ke Indonesia pada 2016. Sejak 2018 dia mendirikan Semilir Ecoprin. Usaha ini memperkenalkan fesyen ramah lingkungan yang mentransfer bentuk dan warna daun asli ke media kain melalui kontak langsung. Melalui produknya, Alfira mengeksplorasi kekayaan flora Indonesia sebagai wujud lain pelestarian budaya dan alam.
Bersama sekelompok ibu-ibu yang membantunya Alfira membuat berbagai jenis aksesori dan kerajinan seperti tas, dompet, selendang. Salah satu andalannya adalah produk dari bahan kulit kayu lantung khas Bengkulu. Alfira ingin memperkenalkan pesona kulit lantung kepada dunia.
Muhammad Zainudin mendirikan UD. Haza Food dengan tujuan memberdayakan ekonomi masyarat di sekitar tempat tinggalnya di Dusun Dondong, Desa Gedungarum, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Jawa Timur. Dia membuat keripik pisang dan menjualnya dengan mereka Pigela Chips. Dusun ini memiliki banyak pisang kepok tapi tak banyak membantu ekonomi masyarat lantaran harga jualnya rendah.
Nyatanya Pigela Chips berhasil. Berdiri sejak tahun 2017, Zainudin kini mempekerjakan 15 orang karyawan di antaranya petani pisang, ibu-ibu eks pekerja migran dan pemuda desa. Dengan modal awal 500 ribu rupiah dia kini meraup omzet sekitar 100 juta rupiah per bulan. Pigela Chips mempunyai tiga varian rasa, yakni coklat, dark coklat dan coklat kopi.
Aplikasi Darah Kita memberikan informasi bagi penggunanya mengenai kebutuhan darah pada waktu dan tempat tertentu, serta jumlah pendonor yang tersedia. Aplikasi buatan Ahyar Muawwal ini secara tidak langsung juga mengkampanyekan aksi donor darah rutin untuk membantu pasien yang kesulitan mencari darah. Saat ini Darah Kita memiliki 5.600 pengguna aktif di Sulawesi Selatan. Kebutuhan darah yang disiarkan melalui aplikasi ini antara 50-100 per hari.
Di sisi lain jumlah pendonor darah meningkat. Saat ini remaja milenial berusia 18-25 tahun pun mulai aktif menyumbangkan darah. Darah Kita kini sedang dalam proses sinkronisasi dengan aplikasi lain agar akses donor darah tersebar di lebih banyak tempat.
Pada tahun 2018 Paundra bersama tiga temannya memulai usaha tambak udang vaname di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, memanfaatkan lahan-lahan tidak produktif. Gagal beberapa tahun pertama, sejak 2020 dia berinisiatif memanfaatkan Internet of Things (IoT) untuk mengontrol kondisi kolam dan kualitas air. Sejak awal 2022 data tambak dicatat dan diolah menggunakan aplikasi yang dia kembangkan sendiri. Untuk mengandalikan limbah dia membangun system smart farm village dengan IPAL atau instalasi pengolahan air limbah di Kabupaten Pacitan dan Trenggalek.
Tambang berbasis data ini berbuah manis. Usahanya tumbuh. Saat ini Paundra mengoperasikan 20 kolam budidaya udang vaname dengan luas total 10 ribu meter.
Melalui Teman Autis, Alvinia dan timnya menciptakan wadah edukasi untuk mempermudah orang tua maupun masyarakat umum dalam mendampingi anak-anak autis. Mereka ingin lebih banyak orang yang sadar bahwa autis bukanlah sebuah penyakit namun kondisi spesial yang membutuhkan pendampingan dan arahan khusus.
Teman Autis sudah memiliki lebih dari seratus mitra termasuk klinik, tempat terapi dan sekolah. Mereka juga membagikan informasi tentang autisme melalui website www.temanautis.com. Komunitas ini mengadakan webinar dan IG live bersama para ahli sebulan sekali untuk memfasilitasi edukasi autisme. Bersama beberapa mitra mereka tengah mengembangkan layanan baru berupa konsultasi daring.
Ide Khotifa Nur Laily untuk melatih pekerja matang yang sesuai dengan kebutuhan industri berkembangan menjadi program Sustainable Education Project (SEP). Program yang sudah dinikmati 80 orang pelajar dan mahasiswa ini menggandeng D Tech Engineering, sebuah perusahaan pembuat mesin computer numerical control (CNC) di Salatiga, dan Akademi Teknik Wacana Manunggal (ATWM).
Mahasiswa yang mengikuti program SEP ditantang untuk berinovasi membuat produk menggunakan mesin CNC. Awalnya mereka membuat asesoris sepeda motor dan menghasilkan hingga 80 juta rupiah per bulan. Saat ini produk mahasiswa SEP di market place bisa meraup pendapatan hingga 2 milyar rupiah per bulan. Khotifa ingin semua anak Indonesia bisa menikmati program ini.